Judul terjemahan : Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela
Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Penerjemah : Widya Kirana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Halaman : 272
Cetakan : Ketujuh April 2004
ISBN : 978-979-22-3655-2
Totto-chan,
Mr.Kobayashi dan Tomoe Gakkuen
Tetsuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo pada tahun 1933. Ayahnya
seorang pemain biola dan concertmaster. Totto-chan adalah nama panggilan
Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Tetsuko
Kuroyanagi adalah seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang
pembawa acara talk show, seorang penulis buku anak terlaris yaitu Totto-chan The
Little Girl At The Window, World Wide Fund untuk penasehat alam, dan Good Will
Ambasador untuk UNICEF. Pada tahun 1997, Tetsuko Kuroyanagi menerbitkan buku
“Totto-Chan”, yang didasarkan pada pengalamannya bekerja sebagai UNICEF Good
will Ambasador 1987-1996. Ia menceritakan masa kecilnya saat belajar di
Sekolah Dasar Tomoe Gakuen menggunakan teknik penulisan yang sederhana dengan
sudut pandang orang ketiga.
Novel Totto-chan menceritakan tentang
seorang gadis kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin
tau dan penasaran Totto-chan yang sangat tinggi inilah membuat banyak orang
yang tidak dapat memahaminya menganggapnya aneh. Bahkan tingkah laku Totto-chan
yang melebihi batas anak-anak sesusianya menyebabkan ia dikeluarkan dari
sekolah lamanya. Beruntung Totto-chan memiliki seorang ibu yang sangat
memahaminya. Ibunya mendaftarkan Totto-chan ke sekolah Tomoe Gakuen, sekolah
dimana kelas-kelasnya terbuat dari gerbong kereta api, sekolah yang cara
belajarnya tidak sama seperti sekolah kebanyakan.
Totto-chan meski baru kelas satu SD, ia sudah
dikeluarkan dari sekolahnya karena sangat sering mengacaukan kelas. Mulai dari
mengundang para pemusik jalanan untuk bermain musik di luar jendela kelasnya.
Kemudian Totto-chan juga sangat suka membuka menutup laci mejanya dengan keras
pada saat jam pelajaran, ia juga pernah tidak mendengarkan penjelasan ibu gurunya
pada saat jam pelajaran berlangsung karena sibuk berbicara dengan sepasang burung
walet yang sedang membuat sarang dibawah atap teritisan. Karena bu gurunya
tidak kuat menghadapi tingkah Totto-chan, Totto-chan akhirnya dikeluarkan dan
mamanya mendaftarkan Toto-chan kesekolah
baru, SD Tomoe Gakuen.
Kesan pertama saat Totto-chan melihat
sekolah baruya ia merasa kegirangan, karena sekolahnya terbuat dari
gerbong-gerbong kereta api yang disulap menjadi ruang kelas. Ia juga merasa
senang dengan sekolah barunya, karena ia menemukan kepala sekolah yang cocok
baginya yang dapat memahami Totto-chan, kepala sekolah itu bernama Mr.
Kobayashi. Dihari pertamanya di Tomoe Gakuen, Totto-chan mencritakan apa saja
yang ia suka kepada Mr. Kobayashi dengan penuh semangat, Mr.kobayashipun
mendengarkan cerita Totto-chan. Hingga akhirnya Totto-chan kehabisan cerita tepat
saat waktu makan siang tiba, Totto-chan telah bercerita selama empat jam penuh.
Hari-hari seru Totto-chanpun dimulai.
Tomoe Gakuen dengan metode pengajaran yang unik dan tidak seperti pada sekolah
kebanyakan membuat para murid yang bersekolah disana merasa betah dan enggan
untuk pindah ke sekolah lain, meski tidak sedikit orang tua murid yang berniat
untuk memindahkan anaknya kesekolah SD pada umumnya. Di Tomoe gakuen murid
dapat memilih sendiri mata pelajaran apa yang mereka sukai pada jam pertama.
Kemudian, keesokan harinya mereka dapat mengubahnya kembali, sesuai kenginan
mereka. Tidak hanya itu, di Tomoe Gakuen juga selalu mengadakan acara makan
siang bersama. Kepala sekolah juga sering mengajak murid-murid untuk
berjalan-jalan sambil menjelaskan hal-hal yang mereka temui dalam perjalanan,
sehingga tanpa disadari murid-murid telah belajar banyak hal yang sangat
menyenangkan.
Kepala sekolah Mr. Kobayashi juga
mengajarkan murid-muridnya agar selalu bertanggung jawab, mereka juga dibina agar
tidak malu untuk meminta maaf jika salah. Saat acara makan siang, mereka
diajarkan untuk membuat lagu agar acara makan siang bersama terasa lebih
menyenangkan. Hingga pada akhirnya, suatu ketika Totto-chan mewakili sekolahnya
bersama murid-murid dari sekolah yang lain untuk menjenguk para tentara di
bangsal darurat. Disana, anak-anak dari sekolah lain menyanyikan lagu umum yang
banyak dikenal oleh para murid-murid sekolah lain dan orang-orang. Akan tetapi,
Totto-chan tidak pernah mendengar dan diajarkan lagu yang murid-murid sekolah
lain nyanyikan. Akhirnya Totto-chan menyanyikan lagunya sendiri yang biasa ia
nyayikan di Tomoe Gakuen dengan teman-temannya saat sebelum waktu makan siang.
Anak-anak sekolah lain mentertawakan Totto-chan, akan tetapi Totto-chan terus
bernyanyi dan tidak memperdulikan mereka. Saat ia selesai bernyanyi, ia
membungkukkan badannya didepan anak-anak sekolah lain dan para prajurit.
Melihat kepolosan dan keberanian Totto-chan, para prajurit terharu, mereka
menangis dan memeluk Totto-chan.
Hari demi hari Totto-chan lewati penuh
dengan kegembiraan, sampai-sampai ia dan teman-temannya di Tomoe Gakuen tidak
menyadari jika perang Pasifik telah pecah. Hingga pada akhirnya sekolah mereka
menjadi salah satu sasaran bom yang dijatuhkan oleh pesawat B29.
Gerbong-gerbong kelas terbakar, sekolah Tomoe Gakuenpun tak ada lagi.
Totto-chan memang tidak pernah tahu bagaimana perasaan Mr.Kobayashi saat
menyaksikan kejadian ini, akan tetapi Totto-chan merasakan sesak saat tahu
impiannya untuk menjadi guru di Tomoe gakuen telah hancur.
Tetsuko Kuroyanagi telah menceritakan
semua kenangan dimasa kecilnya, Tomoe Gakuen benar-benar sangat berharga
baginya karena disana ia dapat bertemu dengan Mr. Kobayashi yang dapat memahami
dirinya. Sikap Mr. Kobayashi sebagai kepala sekolah patut dicontoh bagi semua
para pengajar dan calon pengajar yang selama ini terlalu otoriter dan menjudge anak yang seperti Totto-chan
hanyalah sebatas anak yang nakal dan tidak beremampuan. Tetsuko Kuroyanagi berhasil menyajikan rentetan ceritanya di Tomoe
gakuen dengan penuh kejadian yang tentunya sangat menginspirasi saya. “Setiap anak itu dilahirkan dengan watak
yang baik, yang dengan mudah bisa rusak karena pengaruh buruk lingkungan dan
orang dewasa” penggalan kalimat ini menjadi salah satu bagian yang sangat
menarik bagi saya, kalimat ini sangat tepat sekali untuk dibaca dan ditanam
dibenak para pengajar, calon pengajar dan semua orang tua dan calon orang tua. Tidak
hanya penulis yang dapat mengingat kejadian masa kecilnya, melalui novel ini
tanpa sadar telah membawa saya kembali
ke dunia masa kecil saya, dan bagi saya novel ini benar-benar nyata apa adanya.
Didalam novel ini ada bagian yang
saya kurang sependapat di bagian “Kolam Renang”. Yang menceritakan bahwa
murid-murid diminta untuk tidak memakai
pakaian apapun saat berenang. Akan tetapi secara keseluruhan buku ini sangatlah
layak untuk dibaca para pendidik, calon pendidik, orang tua dan calon-calon
orang tua. Didalam buku ini ada banyak kisah yang dapat menginspirasi, salah
satunya bagaimanasih seharusnya sikap yang dilakukan orang dewasa saat
mengahadapi seorang anak yang tingkat kenakalan dan rasa ingin taunya seperti
Totto-Chan, melalui tindakan yang dilakukan Mr. Kobayashilah kita belajar.