Halaman

Tips cara sederhana untuk hidup tentram dan tanpa beban

Tips cara sederhana untuk hidup tentram dan tanpa beban


1. Bebaskan dirimu dari kebencian.
setiap kita membenci sesuatu/seseorang/apa pun.....itu akan membuat kita semakin berfikir dan memendamnya dalam hati, sehingga kita selalu di ikuti rasa benci itu... kemana pun dan kapan pun...akan menyebabkan kita paranoid

2. Bebaskan pikiranmu dari kesusahan.
sambungan dari nomor 1, kalau kita berhasil menghilangkan beban yang ada di kepala kita. maka kita akan bahagia...biarkanlah semua hal kita acuhkan....semua masalah pasti berakhir

3. Hiduplah secara sederhana.
dengan kita menerima keadaan kita saat ini, kita tidak akan kebingungan atau kerepotan memikirkan hal hal yang selalu membuat pikiran kita jenuh dan penuh.

4. Berilah lebih.
kita berikan semuanya kepada siapapun dengan lebih, Kita berikan cinta kita kpd Tuhan dengan lebih. kita beri cinta kita kemanusia laen dengan lebih. berilah perhatian yang lebih kepada semua hal....(bingung yah? akuyang nulis juga bingung)


5. Kurangilah harapan.
Jangan terlalu berharap kepada apa pun dan siapa pun, karena jika harapan kita tidak terpenuhi. maka kita akan merasa stres dan akhirnya akan mengakibatkan kegilaan dan gangguan otak..

Jumat, 19 Desember 2014

Resensi Totto-chan

Judul asli             :  Totto-chan: The Little Girl At  The Window
Judul terjemahan : Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela
Penulis                 : Tetsuko Kuroyanagi
Penerjemah          : Widya Kirana
Penerbit               : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Halaman    : 272
Cetakan               : Ketujuh April 2004
ISBN                   : 978-979-22-3655-2


Totto-chan, Mr.Kobayashi dan Tomoe Gakkuen
Tetsuko Kuroyanagi lahir di Nogisaka, Tokyo pada tahun 1933. Ayahnya seorang pemain biola dan concertmaster. Totto-chan adalah nama panggilan Tetsuko Kuroyanagi saat masih anak-anak. Tetsuko Kuroyanagi adalah seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang pembawa acara talk show, seorang penulis buku anak terlaris yaitu Totto-chan The Little Girl At The Window, World Wide Fund untuk penasehat alam, dan Good Will Ambasador untuk UNICEF. Pada tahun 1997, Tetsuko Kuroyanagi menerbitkan buku “Totto-Chan”, yang didasarkan pada pengalamannya bekerja sebagai UNICEF Good will Ambasador 1987-1996. Ia  menceritakan masa kecilnya saat belajar di Sekolah Dasar Tomoe Gakuen menggunakan teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang ketiga.
Novel Totto-chan menceritakan tentang seorang gadis kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tau dan penasaran Totto-chan yang sangat tinggi inilah membuat banyak orang yang tidak dapat memahaminya menganggapnya aneh. Bahkan tingkah laku Totto-chan yang melebihi batas anak-anak sesusianya menyebabkan ia dikeluarkan dari sekolah lamanya. Beruntung Totto-chan memiliki seorang ibu yang sangat memahaminya. Ibunya mendaftarkan Totto-chan ke sekolah Tomoe Gakuen, sekolah dimana kelas-kelasnya terbuat dari gerbong kereta api, sekolah yang cara belajarnya tidak sama seperti sekolah kebanyakan.
Totto-chan  meski baru kelas satu SD, ia sudah dikeluarkan dari sekolahnya karena sangat sering mengacaukan kelas. Mulai dari mengundang para pemusik jalanan untuk bermain musik di luar jendela kelasnya. Kemudian Totto-chan juga sangat suka membuka menutup laci mejanya dengan keras pada saat jam pelajaran, ia juga pernah tidak mendengarkan penjelasan ibu gurunya pada saat jam pelajaran berlangsung karena sibuk berbicara dengan sepasang burung walet yang sedang membuat sarang dibawah atap teritisan. Karena bu gurunya tidak kuat menghadapi tingkah Totto-chan, Totto-chan akhirnya dikeluarkan dan mamanya  mendaftarkan Toto-chan kesekolah baru, SD Tomoe Gakuen.
Kesan pertama saat Totto-chan melihat sekolah baruya ia merasa kegirangan, karena sekolahnya terbuat dari gerbong-gerbong kereta api yang disulap menjadi ruang kelas. Ia juga merasa senang dengan sekolah barunya, karena ia menemukan kepala sekolah yang cocok baginya yang dapat memahami Totto-chan, kepala sekolah itu bernama Mr. Kobayashi. Dihari pertamanya di Tomoe Gakuen, Totto-chan mencritakan apa saja yang ia suka kepada Mr. Kobayashi dengan penuh semangat, Mr.kobayashipun mendengarkan cerita Totto-chan. Hingga akhirnya Totto-chan kehabisan cerita tepat saat waktu makan siang tiba, Totto-chan telah bercerita selama empat jam penuh.
Hari-hari seru Totto-chanpun dimulai. Tomoe Gakuen dengan metode pengajaran yang unik dan tidak seperti pada sekolah kebanyakan membuat para murid yang bersekolah disana merasa betah dan enggan untuk pindah ke sekolah lain, meski tidak sedikit orang tua murid yang berniat untuk memindahkan anaknya kesekolah SD pada umumnya. Di Tomoe gakuen murid dapat memilih sendiri mata pelajaran apa yang mereka sukai pada jam pertama. Kemudian, keesokan harinya mereka dapat mengubahnya kembali, sesuai kenginan mereka. Tidak hanya itu, di Tomoe Gakuen juga selalu mengadakan acara makan siang bersama. Kepala sekolah juga sering mengajak murid-murid untuk berjalan-jalan sambil menjelaskan hal-hal yang mereka temui dalam perjalanan, sehingga tanpa disadari murid-murid telah belajar banyak hal yang sangat menyenangkan.
Kepala sekolah Mr. Kobayashi juga mengajarkan murid-muridnya agar selalu bertanggung jawab, mereka juga dibina agar tidak malu untuk meminta maaf jika salah. Saat acara makan siang, mereka diajarkan untuk membuat lagu agar acara makan siang bersama terasa lebih menyenangkan. Hingga pada akhirnya, suatu ketika Totto-chan mewakili sekolahnya bersama murid-murid dari sekolah yang lain untuk menjenguk para tentara di bangsal darurat. Disana, anak-anak dari sekolah lain menyanyikan lagu umum yang banyak dikenal oleh para murid-murid sekolah lain dan orang-orang. Akan tetapi, Totto-chan tidak pernah mendengar dan diajarkan lagu yang murid-murid sekolah lain nyanyikan. Akhirnya Totto-chan menyanyikan lagunya sendiri yang biasa ia nyayikan di Tomoe Gakuen dengan teman-temannya saat sebelum waktu makan siang. Anak-anak sekolah lain mentertawakan Totto-chan, akan tetapi Totto-chan terus bernyanyi dan tidak memperdulikan mereka. Saat ia selesai bernyanyi, ia membungkukkan badannya didepan anak-anak sekolah lain dan para prajurit. Melihat kepolosan dan keberanian Totto-chan, para prajurit terharu, mereka menangis dan memeluk Totto-chan.
Hari demi hari Totto-chan lewati penuh dengan kegembiraan, sampai-sampai ia dan teman-temannya di Tomoe Gakuen tidak menyadari jika perang Pasifik telah pecah. Hingga pada akhirnya sekolah mereka menjadi salah satu sasaran bom yang dijatuhkan oleh pesawat B29. Gerbong-gerbong kelas terbakar, sekolah Tomoe Gakuenpun tak ada lagi. Totto-chan memang tidak pernah tahu bagaimana perasaan Mr.Kobayashi saat menyaksikan kejadian ini, akan tetapi Totto-chan merasakan sesak saat tahu impiannya untuk menjadi guru di Tomoe gakuen telah hancur.
Tetsuko Kuroyanagi telah menceritakan semua kenangan dimasa kecilnya, Tomoe Gakuen benar-benar sangat berharga baginya karena disana ia dapat bertemu dengan Mr. Kobayashi yang dapat memahami dirinya. Sikap Mr. Kobayashi sebagai kepala sekolah patut dicontoh bagi semua para pengajar dan calon pengajar yang selama ini terlalu otoriter dan menjudge anak yang seperti Totto-chan hanyalah sebatas anak yang nakal dan tidak beremampuan. Tetsuko Kuroyanagi berhasil menyajikan rentetan ceritanya di Tomoe gakuen dengan penuh kejadian yang tentunya sangat menginspirasi saya. “Setiap anak itu dilahirkan dengan watak yang baik, yang dengan mudah bisa rusak karena pengaruh buruk lingkungan dan orang dewasa” penggalan kalimat ini menjadi salah satu bagian yang sangat menarik bagi saya, kalimat ini sangat tepat sekali untuk dibaca dan ditanam dibenak para pengajar, calon pengajar dan semua orang tua dan calon orang tua. Tidak hanya penulis yang dapat mengingat kejadian masa kecilnya, melalui novel ini tanpa sadar  telah membawa saya kembali ke dunia masa kecil saya, dan bagi saya novel ini benar-benar nyata apa adanya.
Didalam novel ini ada bagian yang saya kurang sependapat di bagian “Kolam Renang”. Yang menceritakan bahwa murid-murid  diminta untuk tidak memakai pakaian apapun saat berenang. Akan tetapi secara keseluruhan buku ini sangatlah layak untuk dibaca para pendidik, calon pendidik, orang tua dan calon-calon orang tua. Didalam buku ini ada banyak kisah yang dapat menginspirasi, salah satunya bagaimanasih seharusnya sikap yang dilakukan orang dewasa saat mengahadapi seorang anak yang tingkat kenakalan dan rasa ingin taunya seperti Totto-Chan, melalui tindakan yang dilakukan Mr. Kobayashilah kita belajar.